Suatu hari, ayah dan ibuku berpisah dengan alasan yang tidak masuk akal sama sekali dipikiranku. Bagaiman tidak! Ibuku dituduh hamil dari orang lain yang sedangkan ayahku selalu dirumah bersama ibuku. Apalagi ibuku bukanlah tipe orang yang suka keluar malam-malam juga. Begitu juga dengan adik-adikku, mereka semua dirumah. Untuk bermain pun mereka tidak pernah jauh-jauh dari rumah.
Sebelum
perpisahan terjadi pertengkaran hebat. Mereka saling menyalahkan satu sama lain.
Tidak ada lagi rasa malu dan kekawatirannya dengan kami. Bahkan smereka saling
mengusir. Kami hanya mampu menangis dan tidak ada hal lain yang kami pikirkan
selain kami akan terlantar dan ketakutan akan masa depan.
***
Ibu masih melihat kami dengan wajah sayu dan mata sembab setelah menangis. Aku berpikir dia akan terenyuh melihat kami yang juga masih menangis karena ketakutan melihat pertengkaran dihadapan kami itu. Namun, ternyata tidak. Dia pergi sendirian tanpa membawa kami seorangpun. Adikku paling kecil mengejarnya, bahkan sempat menggenggam pangkal betis ibu, tapi beliau mengacuhkannya dan melepaskan genggaman tangan adikku kemudian berlalu. Aku hanya melihatnya.
***
Kini
giliran aku yang juga pergi. Aku meminta izin ke ayah untuk kembali ke rumah
nenek, sebab aku izin pulang kerumah hanya untuk melepas rindu dengan ayah dan
ibu. Apa yang aku lihat hari ini bukanlah hal yang kuinginkan bahkan ketika aku
berjalan pulang kerumah saja, yang ada dipikiranku hanya bagaimana ayah dan ibu
akan memuji masakanku. Aku dulu pernah bilang kepada mereka berdua akan
memasakkan masakan yang enak untuk mereka. Semua sudah hilang sirna, aku
kecewa. Sepanjang perjalanan aku tidak mampu berkata apa, aku terus berjalan
menyusuri jalanan yang baru dibangun pemerintah itu menuju rumah nenekku. Sebab
berduka aku bahkan lupa mencari tumpangan untuk pulang, seolah-olah kakiku
begitu ringan dan hatiku melayang tak tentu arah. Hingga tanpa kusadari
sampailah aku dirumah itu. Disaat dirumah nenek, aku bertemu ibuku. Akan tetapi
aku hanya melihatnya, kemudian berlalu kekamar.
***
Begitulah
seterusnya, komunikasi diantara aku dan ibuku tidak begitu lancar. Kami sangat
jarang mengobrol bahkan bertanya pun sangat minimal sekali. Bukan itu saja,
bahkan masalah didapur pun kami tidak pernah kompak. Jika ibuku yang memasak,
maka aku akan melakukan pekerjaan lain. Jika tidak maka akulah yang
mengerjakannya. Selama tinggal dirumah nenek tidak ada yang spesial diantara
kami. Aku lebih banyak bercerita dengan nenekku bahkan masalah pribadiku hanya
kusampaikan pada nenekku bukan pada ibuku. Aku tidak tahu, apakah dia marah
mengenai aku tidak banyak bercerita apadanya atau tidak yang jelas kepercayaan
ku luntur semenjak kejadian pertengkaran dimasa lalu itu.
Sekarang
aku sudah SMA, tapi aku masih ragu mendekatinya. Dia membuatku gelisah, bingung
dan berpikir hal buruk. Sampai kapan ibuku akan disini? Padahal ini sudah
sangat lama sekali. Kakakku yang kedua pun sudah lama pergi kekota lain untuk
bekerja. Sebentar lagi aku juga akan tamat. Pasti aku juga akan pergi, apa yang
harus kulakukan? Jangan sampai ibuku menyusahkan nenekku melulu Aku kasihan
padanya. Aku harus mencari cara agar dia bisa kembali dengan ayahku.
...bersambung.
Komentar
Posting Komentar