Suatu hari, ayah dan ibuku berpisah dengan alasan yang tidak masuk akal sama sekali dipikiranku. Bagaiman tidak! Ibuku dituduh hamil dari orang lain yang sedangkan ayahku selalu dirumah bersama ibuku. Apalagi ibuku bukanlah tipe orang yang suka keluar malam-malam juga. Begitu juga dengan adik-adikku, mereka semua dirumah. Untuk bermain pun mereka tidak pernah jauh-jauh dari rumah. Sebelum perpisahan terjadi pertengkaran hebat. Mereka saling menyalahkan satu sama lain. Tidak ada lagi rasa malu dan kekawatirannya dengan kami. Bahkan smereka saling mengusir. Kami hanya mampu menangis dan tidak ada hal lain yang kami pikirkan selain kami akan terlantar dan ketakutan akan masa depan. *** Ibu masih melihat kami dengan wajah sayu dan mata sembab setelah menangis. Aku berpikir dia akan terenyuh melihat kami yang juga masih menangis karena ketakutan melihat pertengkaran dihadapan kami itu. Namun, ternyata tidak. Dia pergi sendirian tanpa membawa kami seorangpun.
Jalan Hijrahku Oleh: Welidayani Hijrah itu membawa ketenangan Menjadi mahasiswa baru adalah awal yang cukup berat, memutuskan untuk berhijrah. Memilih untuk menjadi muslimah yang syar’i bukanlah sesutu yang pernah terbesik di alam pikiran. Bahkan membayangkan memakai satu kali saja tidak pernah. Apalagi semasa masih dikampung tidak pernah melihat perempuan menggunakan jilbab yang dalam, selalu menggunakan rok panjang dan kaos kaki. Namun, sebulan setelah kuliah dan berjuang dikampus keadaan menjadi berbalik seratus delapan puluh derajat dalam kehidupan Ana. Dia harus membuang semua impian-impiannya untuk bebas bercelana dan bergaya modis seperti artis dalam sinetron favoritnya. Semua tidak mudah di terima oleh nalar dan pikiran Ana, dia malah berpikir untuk pergi ke suatu tempat dan menjalani kehidupannya sendiri. Pikiran Ana semakin berkecamuk. Apalagi dia belum akrab dengan teman satu jurusannya. Ada pun teman satu SMA dulu, juga sama saja dengan kondisi di saat m